Saluttt!!! Putri Rektor Udinus Semarang Ini Sukses Jalankan Usaha Angkringan dengan Konsep Modern

Putri Rektor Udinus Semarang Ini Sukses Jalankan Usaha Angkringan dengan Konsep Modern

MEMBUKA angkringan modern adalah bisnis perdanaRetnowati Nurtanti Astari. Ternyata tak mudah menjatuhkan pilihan berwirausaha di bidang kuliner. Sarjana lulusan Malaysia itu harus meyakinkan keluarga besarnya ketika merintis usaha tersebut.
Berikut penuturan putri Rektor Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Edi Noersasongko, ini tentang berbagai kiat membesarkan Angkringan Polke kepada wartawan Tribun Jateng, Hesty Imaniar, beberapa waktu lalu.
Bagaimana mengawali usaha angkringan ini?
Sedari awal saya ingin membangun usaha yang tak terlalu besar, baik dari segi modal maupun kemasan bisnisnya. Saya berkeyakinan bahwa dalam mengawali sesuatu yang besar, harus dari hal kecil atau dari nol. Tercetus ide membuat angkringan. Usaha kuliner yang bisa dinikmati semua kalangan, tapi berkualitas baik dari segi menu dan fasilitas.
Pilihan berbisnis kuliner karena jenis usaha ini di Indonesia mudah diterima orang, mudah sekali booming. Apalagi yang saya sajikan menu-menu tradisonal sehingga tak perlu lagi mengedukasi konsumen.
Alasan lain, saya ingin membangun usaha yang membuat orang lain bahagia. Bisa menikmati suasana nyaman sambil makan bersama kolega, keluarga, dan sahabat.
Target pasar yang Anda bidik?
Semua kalangan, mulai dari low, middle hingga high class. Di Angkringan Polke, dengan uang Rp 5 ribu bisa mendapat makanan yang enak. Tapi harga murah tak berarti alakadarnya.
Kualitas dan kebersihan menu yang disajikan terjamin karena saya menjadikan diri saya sebagai ukuran ketika membeli makanan di luar rumah. Target pasar konsumen pun luas, di mana semua kalangan bisa menerima sajian dan fasilitas yang ada.
Persaingan di bisnis kuliner makin ketat di Semarang...?
Dalam usaha apa pun, persaingan pasti ada. Namun, saya tak melihat orang lain sebagai pesaing atau kompetitor. Jadi saya tak pernah merasa bersaing dengan usaha angkringan lain, karena prinsipnya saya yakin rezeki sudah diatur Allah SWT.
Saya hanya tinggal melakukan inovasi agar konsumen tak mudah bosan. Bahkan saya terus memaksimalkan menu dan fasilitasangkringan ini agar konsumen yang menilai bahwa yang saya sajikan dan sediakan itu berbeda dari yang lain.
Bukan semata mengejar target, saya juga memprioritaskan building a brand. Brand Polke yang saya kedepankan adalah berbagai fasilitas yang maksimal. Jadi persaingan tak menjadi fokus saya dalam berbisnis.
Apa strategi marketing yang Anda terapkan?
Sejak didirikan pada November 2015, saya mengandalkan promosi word of mouth atau pemasaran dari mulut ke mulut. Cara itu saya nilai paling efektif dalam mengenalkan usaha kuliner. Supaya menjadi viral dalam komunikasi publik, tentu saya harus punya standar tinggi dalam membangun angkringanini. Mulai dari ragam menu, kualitas sajian, pelayanan memuaskan hingga kelengkapan fasilitas.
Jadi orang yang datang akan kembali lagi. Harapan saya, mereka bisa menyebarkan kesaksian bahwa Polke mempunyai standarangkringan yang berbeda. Promosi lain melalui media sosial, yaitu Instagram beralamat: angkringan_polke dan Facebook beralamat: angkringanpolke. Medsos menjadi sarana pemasaran saya dalam mengenalkan Angkringan Polke dengan mengunggah berbagai promo dan event yang sewaktu-waktu kami buat.
Suka dan duka selama menjalankan usaha?
Menjalani usaha pasti tak lepas dari yang namanya rugi. Itu pernah saya alami dua bulan pada awal-awal membuka Polke. Ketika itu, nasi dan menu lain yang kami sediakan selalu tersisa.
Makanan itu akhirnya saya bagi-bagikan kepada orang-orang di jalanan. Tujuannya agar tak ada makanan yang mubazir. Ada manfaat lain yang bisa saya petik. Pada saat saya merugi, ada rezeki bagi orang lain dengan saya membagikan makanan. Hikmah lain, makanan yang saya jual berarti selalu baru.
Sukanya banyak, terutama jika konsumen yang datang terlihat senang, nyaman, dan menikmati menu dan fasilitas. Bagi saya, konsumen bukan lagi raja, tapi mitra. Status itu karena saya gemar meminta mereka memberi masukan, baik saran maupun kritik. Masukan konsumen yang akan membuat usaha ini terus maju dalam jangka panjang. Keluhan mereka pun saya tampung agar memotivasi saya terus berinovasi dan meningkatkan mutu usaha.
Bagaimana perkembangan Polke sekarang?
Alhamdulillah, terus berkembang pesat sedari awal buka. Sebelumnya saya hanya punya enam pegawai, sekarang ada 12 orang. Semula hanya terjual 500 bungkus nasi per hari, sekarang sudah mencapai 1.000-an bungkus. Berbagai menu pendamping lain juga selalu laris.
Dulu tempat angkringan ini hanya bisa menampung sedikit konsumen. Sekarang bisa menampung lebih dari 200 tamu. Saya bersyukur usaha ini terus tumbuh sesuai harapan. Perkembangannya memacu saya lebih kreatif lagi dalam berinovasi supaya konsumen tak bosan terhadap konsepangkringan yang saya tawarkan.
Apa yang memotivasi Anda dalam menjalankan bisnis ini?
Jangan takut gagal! Kalimat itu selalu memotivasi saya terus bersemangat membesarkan usaha angkringan. Banyak fakta bahwa pebisnis pemula seperti saya mempunyai konsep usaha yang salah, hanya berpatokan pada modal. Padahal masih banyak usaha yang tak memerlukan modal besar, tapi punya peluang amat besar. Jadi konsep mengawali usaha itu harus diubah dulu.
Penekanan lain dalam kalimat itu memacu saya tak takut gagal dalam berinovasi. Saya mengambil contoh pada bisnis kuliner cepat saji yang menawarkan menu ayam tepung asal Amerika. Brand itu sampai 47 kali gagal dalam berinovasi. Sekarang yang kita lihat, brand itu sukses mengglobal. Hampir di semua negara, mudah kita jumpai restoran cepat saji mereka.
Karena itu, perangi diri sendiri karena musuh terbesar dalam usaha adalah diri sendiri. Ketika bisa melawan rasa ragu dan takut gagal, insyallah akan diberi kemudahan dalam merintis usaha. Ciptakanlah peluang dan ambil peluang tersebut. (*)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Saluttt!!! Putri Rektor Udinus Semarang Ini Sukses Jalankan Usaha Angkringan dengan Konsep Modern"

Posting Komentar